MASA PENGELANAN LINGKUNGAN SEKOLAH
PESERTA
DIDIK BARU
( MPLPB )
SMP NEGERI
12 MATARAM 2O16
Arti dan
makna Wawasan Wiyata Mandala
Drs. Damri
Ahmad
- Arti
Wawasan Wiyata mandala
Secara harfiah kata wawasan mengandung arti
pandangan, penglihatan, tinjauan atau tanggapan inderawi. Secara lebih luas
dapat diartikan suatu pandangan atau sikap mendalam terhadap hakikat. Selain
menunjukkan kegiatan untuk mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara
lihat, cara tinjau atau cara tanggap inderawi.
Kata Wiyatamandala terdiri dari dua bagian kata,
yaitu “Wiyata” dan “Mandala”. Kata “Wiyata” mempunyai arti pelajaran atau
pendidikan, sedangakan kata “mandala” mengandung arti bulatan, lingkaran,
lingkungan daerah atau kawasan. Jadi kata “Wiyatamandala” mengandung arti
lingkungan pendidikan/pengajaran. Dengan demikian “Wawasan Wiyatamandala”
diartikan sebagai suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/
pengajaran. Sekolah merupakan Wiyatamandala berarti bahwa sekolah adalah
lingkungan pendidikan.
Berdasarkan pokok pengertian tersebut, maka
“wawasan Wiyatamandala” adalah cara pandang kalangan pendidikan pada umumnya
dan perangkat atau warga sekolah pada khususnya tentang keberadaan sekolah
sebagai pengemban tugas pendidikan di tengah lingkungan masyarakat yang membutuhkan
pendidikan.
2. Makna
Wawasan Wiyatamandala
Berdasarkan pengertian bahwa Wawasan Wiyatamandala
adalah suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/pengajaran,
maka wawasan wiyatamandala mempunyai makna yang sangat dalam dan strategis sebagai
lingkungan pendidikan. Makna itu menuntut sekolah untuk :
1.
Memiliki sarana dan prasarana yang cukup dan baik ;
2.
Memiliki tenaga edukatif berpribadi teladan, terampil serta
berpengalaman/berwawasan luas;
3.
Terciptanya lingkungan aman, bersih, sehat, tertib, indah, harmonis, sejuk dan
segar;
4.
Tumbuhnya partisipasi, kerjasama, dan dukungan masyarakat sekitar;
5. Adanya
hubungan harmonis secara timbal balik antara orang tua dengan para warga sekolah;
6.
Terciptanya disiplin para warga sekolah mentaati segala peraturan dan tata
tertib sekolah;
7. Adanya
hubungan kekeluargaan para warga sekolah yang akrab dan harmonis; dan
8.
Tumbuhnya semangat peserta untuk maju, semangat juang dan bekerja keras.
Apabila hal-hal tersebut terpenuhi dan terbina
baik, maka keberhasilan pendidikan akan terwujud dan menghasilkan tenaga kader
pembangunan bangsa dan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional.
3. Sekolah
Sebagai Lingkungan Pendidikan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mengandung satu
pengertian pokok bahwa sekolah mempunyai tugas dan fungsi untuk
menyelenggarakan proses/ kegiatan pendidikan. Kegiatan tersebut dilaksanakan
secara terencana, tertib, dan teratur sehingga usaha untuk menghasilkan
tenaga-tenaga terdidik dan terampil yang senantiasa diperlukan bagi pelaksanaan
pembangunan dapat terwujud.
Sekolah sebagai pusat pendidikan, lahir, tumbuh dan
berkembang dari dan untuk masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidkan
merupakan perangkat masyarakat.
Pada sisi lain keberadaan sekolah sebagai lembaga
sosial yang terletak di tengah-tengah masyarakat, memungkinkan pula sekolah
menjadi lingkungan pendidikan dengan ciri khas masyarakat belajar di dalamnya.
Tugas penyelenggaraan pendidikan memang tidak
mungkin diserahkan sepenuhnya kepada lembaga persekolahan saja, karena
pengalaman belajar pada dasarnya dapat diperoleh sepanjang hidup manusia, kapan
dan dimanapun. Termasuk di lingkungan keluarga dan di masyarakat. Meskipun
demikian, berdasarkan pokok pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
sekolah memang mempunyai peranan yang amat penting sebagai pengemban misi
pendidikan. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan akan terwujud dengan
sebaik-baiknya apabila didukung dan dipenuhinya 7K , sarana dan prasarana,
administrasi pendidikan, ketahanan sekolah, disiplin dan tata tertib sekolah.
Sekolah dan masyarakat atau pranata pendidikan dan pranata-pranata sosial yang
lain harus saling menghargai dan menjalin hubungan yang harmonis karena
diantaranya terdapat kaitan saling membutuhkan dan mempengaruhi.
Prinsip-prinsip
wawasan wiyata mandala :
• Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
• Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
• Kepala
sekolah bertanggung jawab penuh dalam lingkungan pendidikan di sekolah
• Guru
dan orang tua siswa ada saling pengertian untuk mengembangkan tugas pendidikan
• Warga
sekolah harus menjujung tinggi citra sekolah
• Sekolah
harus bertumpu pada masyarakat dan saling membutuhkan
Ketahanan sekolah
• Letak lingkungan dan sekolah
Ketahanan sekolah
• Letak lingkungan dan sekolah
• Sifat
masyarakat
• Sifat
manusia yang meliputi
1. Disiplin
1. Disiplin
2.
Tanggung jawab
3. Pengelolaan
lingkungan sekolah itu sendiri
Peranan
wawasan wiyata mandala
1. Siswa harus melindungi lembaganya dimana dia sekolah
1. Siswa harus melindungi lembaganya dimana dia sekolah
2. Peran
siswa terhadap kepala sekolah
3. Peran
siswa pada guru karena guru yang mendidik dan melatih
4. Peran
siswa terhadap kegiatan-kegiatan sekolah
Peran dalam intrakulikuler adalah dengan
belajar giat sesuai tugas-tugas yang diberikan
Peran dalam ekstrakulikuler adalah ikut aktif dalam ekstra yang berlaku.
Peran dalam ekstrakulikuler adalah ikut aktif dalam ekstra yang berlaku.
Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah nomor :13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 perihal Wawasan
Wiyatamandala sebagai sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha
meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan
pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
pendidikan dan kebudayaan, menerapkan Wawasan Wiyatamandala yang merupakan
konsepsi yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut.
§ Sekolah
merupakan Wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tidak boleh digunakan
untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan.
§ Kepala
sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan
seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya, yang harus berdasarkan
Pancasila dan bertujuan untuk:
§ meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
§ meningkatkan
kecerdasan dan keterampilan,
§ mempertinggi
budi pekerti,
§ memperkuat
kepribadian,
§ mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
§ Antara
guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama yang baik
untuk mengemban tugas pendidikan.
§ Para
guru, di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, harus senantiasa menjunjung
tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (dipercaya)
dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang melingkunginya.
§ Sekolah
harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus mencegah masuknya sikap
dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat menimbulkan pertentangan antara kita
sama kita.
Untuk mengimplementasikan wawasan Wiyatamandala
perlu diciptakan suatu situasi di mana siswa dapat menikmati suasana yang
harmonis dan menimbulkan kecintaan terhadap sekolahnya, sehingga proses belajar
mengajar, kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler dapat berlangsung dengan menarik
dan menyenangkan.
Upaya untuk mewujudkan wawasan Wiyatamandala antara
lain dengan menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, pembinaan
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan
ekstra-kurikuler, serta menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni
memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan
yang mantap.
4.
Pemahaman Siswa terhadap Wawasan Wiyatamandala
Siswa yang memahami bahwa sekolah adalah lingkungan
pendidikan, maka akan bersikap dan
berperilaku seperti:
1.
Menggunakan pakaian seragam siswa sesuai ketentuan
sekolah dan tata cara penggunaannya.
2.
Membawa/memiliki barang/bahan ke sekolah yang
berkaitan dengan kebutuhan belajar.
3.
Berpenampilan/prilaku sebagai seorang siswa yang
prima.
4.
Bangga dengan sekolah pilihannya, termasuk seragam
dan atributnya
5.
Senang dan nyaman berada di lingkungan sekolah
6.
Bergaul dengan semua warga sekolah sebagai teman
yang saling membutuhkan dan menyenangkan
7.
Menghormati dan menghargai bapak/ibu guru/pegawai
sebagai orang tua di sekolah
8.
Murah senyum, sapa dan salam kepada siapa, kapan
dan dimana saja
Siswa yang memahami bahwa sekolah adalah lingkungan
pendidikan, maka tidak akan bersikap
dan berperilaku seperti :
1.
Menggunakan pakaian seragam siswa tidak sesuai ketentuan sekolah dan tata
cara penggunaannya.
2.
Membawa/memiliki barang/bahan ke sekolah HP, Cermin, Jaket, Sepeda motor.
3.
Bersolek/berhias, cat rambut, badan ditato,
baju/celana digambar, teman diperas dan ditampar .
4.
Suka bertandang ke sekolah lain tanpa keperluan,
menggunakan seragam dan atribut sekolah lain
5.
Sering terlambat datang dan pulang sering membolos
6.
Menganggap semua warga sekolah adalah teman yang
membosankan dan harus dijauhi
7.
Menjauhi dan menghindari bapak/ibu guru/pegawai
8.
Sangar, menantang, mencari musuh, jago kelahi dan membentuk
geng
0 komentar:
Posting Komentar