Minggu, 17 Juli 2016

Arti dan makna Wawasan Wiyata Mandala

MASA PENGELANAN LINGKUNGAN SEKOLAH
PESERTA DIDIK BARU
( MPLPB )
SMP NEGERI 12 MATARAM 2O16

Arti dan makna Wawasan Wiyata Mandala

Drs. Damri Ahmad

  1. Arti Wawasan Wiyata mandala
Secara harfiah kata wawasan mengandung arti pandangan, penglihatan, tinjauan atau tanggapan inderawi. Secara lebih luas dapat diartikan suatu pandangan atau sikap mendalam terhadap hakikat. Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui isi, juga melukiskan cara pandang, cara lihat, cara tinjau atau cara tanggap inderawi.
Kata Wiyatamandala terdiri dari dua bagian kata, yaitu “Wiyata” dan “Mandala”. Kata “Wiyata” mempunyai arti pelajaran atau pendidikan, sedangakan kata “mandala” mengandung arti bulatan, lingkaran, lingkungan daerah atau kawasan. Jadi kata “Wiyatamandala” mengandung arti lingkungan pendidikan/pengajaran. Dengan demikian “Wawasan Wiyatamandala” diartikan sebagai suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/ pengajaran. Sekolah merupakan Wiyatamandala berarti bahwa sekolah adalah lingkungan pendidikan.
Berdasarkan pokok pengertian tersebut, maka “wawasan Wiyatamandala” adalah cara pandang kalangan pendidikan pada umumnya dan perangkat atau warga sekolah pada khususnya tentang keberadaan sekolah sebagai pengemban tugas pendidikan di tengah lingkungan masyarakat yang membutuhkan pendidikan.
2.      Makna Wawasan Wiyatamandala
Berdasarkan pengertian bahwa Wawasan Wiyatamandala adalah suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan/pengajaran, maka wawasan wiyatamandala mempunyai makna yang sangat dalam dan strategis sebagai lingkungan pendidikan. Makna itu menuntut sekolah untuk :
1. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup dan baik ;
2. Memiliki tenaga edukatif berpribadi teladan, terampil serta berpengalaman/berwawasan luas;
3. Terciptanya lingkungan aman, bersih, sehat, tertib, indah, harmonis, sejuk dan segar;
4. Tumbuhnya partisipasi, kerjasama, dan dukungan masyarakat sekitar;
5. Adanya hubungan harmonis secara timbal balik antara orang tua dengan para warga sekolah;
6. Terciptanya disiplin para warga sekolah mentaati segala peraturan dan tata tertib sekolah;
7. Adanya hubungan kekeluargaan para warga sekolah yang akrab dan harmonis; dan
8. Tumbuhnya semangat peserta untuk maju, semangat juang dan bekerja keras.
Apabila hal-hal tersebut terpenuhi dan terbina baik, maka keberhasilan pendidikan akan terwujud dan menghasilkan tenaga kader pembangunan bangsa dan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
3.      Sekolah Sebagai Lingkungan Pendidikan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mengandung satu pengertian pokok bahwa sekolah mempunyai tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan proses/ kegiatan pendidikan. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara terencana, tertib, dan teratur sehingga usaha untuk menghasilkan tenaga-tenaga terdidik dan terampil yang senantiasa diperlukan bagi pelaksanaan pembangunan dapat terwujud.
Sekolah sebagai pusat pendidikan, lahir, tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Sekolah sebagai lembaga pendidkan merupakan perangkat masyarakat.
Pada sisi lain keberadaan sekolah sebagai lembaga sosial yang terletak di tengah-tengah masyarakat, memungkinkan pula sekolah menjadi lingkungan pendidikan dengan ciri khas masyarakat belajar di dalamnya.
Tugas penyelenggaraan pendidikan memang tidak mungkin diserahkan sepenuhnya kepada lembaga persekolahan saja, karena pengalaman belajar pada dasarnya dapat diperoleh sepanjang hidup manusia, kapan dan dimanapun. Termasuk di lingkungan keluarga dan di masyarakat. Meskipun demikian, berdasarkan pokok pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah memang mempunyai peranan yang amat penting sebagai pengemban misi pendidikan. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan akan terwujud dengan sebaik-baiknya apabila didukung dan dipenuhinya 7K , sarana dan prasarana, administrasi pendidikan, ketahanan sekolah, disiplin dan tata tertib sekolah. Sekolah dan masyarakat atau pranata pendidikan dan pranata-pranata sosial yang lain harus saling menghargai dan menjalin hubungan yang harmonis karena diantaranya terdapat kaitan saling membutuhkan dan mempengaruhi.
Prinsip-prinsip wawasan wiyata mandala :
• Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
• Kepala sekolah bertanggung jawab penuh dalam lingkungan pendidikan di sekolah
• Guru dan orang tua siswa ada saling pengertian untuk mengembangkan tugas pendidikan
• Warga sekolah harus menjujung tinggi citra sekolah
• Sekolah harus bertumpu pada masyarakat dan saling membutuhkan
Ketahanan sekolah
• Letak lingkungan dan sekolah
• Sifat masyarakat
• Sifat manusia yang meliputi
1. Disiplin
2. Tanggung jawab
3. Pengelolaan lingkungan sekolah itu sendiri
Peranan wawasan wiyata mandala
1. Siswa harus melindungi lembaganya dimana dia sekolah
2. Peran siswa terhadap kepala sekolah
3. Peran siswa pada guru karena guru yang mendidik dan melatih
4. Peran siswa terhadap kegiatan-kegiatan sekolah
 Peran dalam intrakulikuler adalah dengan belajar giat sesuai tugas-tugas yang diberikan
 Peran dalam ekstrakulikuler adalah ikut aktif dalam ekstra yang berlaku.

Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah nomor :13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 perihal Wawasan Wiyatamandala sebagai sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen pendidikan dan kebudayaan, menerapkan Wawasan Wiyatamandala yang merupakan konsepsi yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut.
§  Sekolah merupakan Wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan.
§  Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan sekolahnya, yang harus berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk:
§  meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
§  meningkatkan kecerdasan dan keterampilan,
§  mempertinggi budi pekerti,
§  memperkuat kepribadian,
§  mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
§  Antara guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama yang baik untuk mengemban tugas pendidikan.
§  Para guru, di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, harus senantiasa menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (dipercaya) dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang melingkunginya.
§  Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat menimbulkan pertentangan antara kita sama kita.
Untuk mengimplementasikan wawasan Wiyatamandala perlu diciptakan suatu situasi di mana siswa dapat menikmati suasana yang harmonis dan menimbulkan kecintaan terhadap sekolahnya, sehingga proses belajar mengajar, kegiatan kokurikuler, dan ekstrakurikuler dapat berlangsung dengan menarik dan menyenangkan.
Upaya untuk mewujudkan wawasan Wiyatamandala antara lain dengan menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler, serta menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan yang mantap.
4.      Pemahaman Siswa terhadap Wawasan Wiyatamandala
Siswa yang memahami bahwa sekolah adalah lingkungan pendidikan, maka akan bersikap dan berperilaku seperti:
1.    Menggunakan pakaian seragam siswa sesuai ketentuan sekolah dan tata cara penggunaannya.
2.    Membawa/memiliki barang/bahan ke sekolah yang berkaitan dengan kebutuhan belajar.
3.    Berpenampilan/prilaku sebagai seorang siswa yang prima.
4.    Bangga dengan sekolah pilihannya, termasuk seragam dan atributnya
5.    Senang dan nyaman berada di lingkungan sekolah
6.    Bergaul dengan semua warga sekolah sebagai teman yang saling membutuhkan dan menyenangkan
7.    Menghormati dan menghargai bapak/ibu guru/pegawai sebagai orang tua di sekolah
8.    Murah senyum, sapa dan salam kepada siapa, kapan dan dimana saja
Siswa yang memahami bahwa sekolah adalah lingkungan pendidikan, maka tidak akan bersikap dan berperilaku seperti :
1.    Menggunakan pakaian seragam siswa tidak sesuai ketentuan sekolah dan tata cara penggunaannya.
2.    Membawa/memiliki barang/bahan ke sekolah HP, Cermin, Jaket, Sepeda motor.
3.    Bersolek/berhias, cat rambut, badan ditato, baju/celana digambar, teman diperas dan ditampar .
4.    Suka bertandang ke sekolah lain tanpa keperluan, menggunakan seragam dan atribut sekolah lain
5.    Sering terlambat datang dan pulang sering membolos
6.    Menganggap semua warga sekolah adalah teman yang membosankan dan harus dijauhi
7.    Menjauhi dan menghindari bapak/ibu guru/pegawai
8.    Sangar, menantang, mencari musuh, jago kelahi dan membentuk geng



0 komentar:

Posting Komentar